Di awali dengan pembacaan Surah Yusuf, Ustad Muahaimin memulai kajian Dzuhur yang dilaksanakan di masjid Al Muttaqin Kantor PT PLN Persero, Jakarta, Rabu (14/6). Kajian yang dikemas dalam kegiatan Spirit of Ramadan (SOR) ini merupakan kerja sama antara PT PLN Persero dengan PPPA Daarul Qur’an dalam upaya menigkatkan iman dan takwa seluruh jemaah.
Dalam kajian, Ustad Muhaimin menceritakan kisah Nabi Yusuf, putra Nabi Yakub. Di antara dua belas orang anak-anak Yakub, Yusuf dan Bunyamin yang paling dicintai. Sehingga saudara-saudaranya cemburu kepada Yusuf. Sampai pada suatu hari, Yusuf dilempar ke dalam sumur yang sangat dalam.
“Yang mana kita tahu sumur yang ada di sana jelas berbeda dengan yang ada di Indonesia. Kalau pun terjatuh ke dalam sumur maka terbenturlah dengan batu. Akan tetapi disitulah kekuasaan Allah, Nabi Yusuf tidak terluka bahkan bisa bertahan berhari-hari di dalam sumur tersebut. Hingga ia ditemukan para kafilah atau pedagang yang kebetulan mampir ke sumur tersebut. Maka ikutlah Yusuf bersama dengan kafilah tersebut ke Mesir,” ujar Ustad Muhaimin.
Ia mengatakan, Surat Yusuf diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada tahun amul huzni atau tahun kesedihan di tahun ke sepuluh kenabian. Sebab kala itu, Khadijah yang merupakan istri Rasulullah SAW, meninggal dunia. Tak lama dari itu pamannya Abu Thalib pun menghebuskan nafas terkahir. Rasul akhirnya mencari tempat baru untuk berdakwah yakni ke negeri bernama Thaif.
Cobaan di Thaif begitu berat, Rasulullah dilempari batu bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut menyerangnya hingga keningnya berdarah. Allah pun memerintahkan malaikatnya untuk menimpakan dua gunung yang berada di negeri tersebut. Namun, dengan kesbarannya Rasulullah menjawab “Jangan wahai Malaikat, sesungguhnya mereka itu belum tau”.
Dari kejadian ini, Allah SWT memberikan hiburan kepada Rasulullah SAW dengan menurunkan Surat Yusuf. Ulama tabiin mengatakan jika mengalami kesedihan dan penderitaan berkepanjangan maka bacalah Surat Yusuf.
Ustad Muhaimin mengajak jemaah yang hadir untuk meniru sifat Rasulullah yang begitu sabar dalam menghadapi cobaan. “Jadi jangan mengaku umat Muhammad SAW kalau masih susah untuk bersabar dan memaafkan kesalahan orang lain,” tuturnya.