Jutaan orang dari berbagai daerah bergabung di Masjid Istiqlal sampai Mahkamah Agung (MA) pada Jumat, 5 Mei lalu. Mereka menuntut keadilan ditegakkan oleh penguasa negeri. Di tengah hiruk pikuk tersebut, masih sama-sama di wilayah Jakarta, berkumpul siswa-siswi dengan hati gembira lantaran telah menyelesaikan beberapa hafalan mulai dari juz 28 sampai juz 30.
Dalam aula sekolah di lantai paling atas yang tidak terlalu besar, para murid dan guru berkumpul dengan senyum bahagia. Mereka memadati gelaran Wisuda Akbar Hafalan SDIT Al Furqon yang terletak di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tim Mobile Qur’an (MoQu) mendapat kesempatan hadir di tengah-tengah keceriaan tersebut.
Senyum mereka seketika pecah menjadi tawa yang membuyarkan sesak dan gerah di ruang kecil dengan ratusan orang tersebut ketika mendengarkan dongeng dari tim MoQu. Meskipun, para siswa dengan mushaf di tangan masih tampak sedikit tegang lantaran baru saja menyelesaikan setoran hafalan.
One Day One Ayat (ODOA) menjadi penutup acara tersebut. Sebelum MoQu pulang, hafalan mereka harus bertambah. Tak disangka siswa-siswi dapat menyelesaikan satu ayat hanya dalam beberapa menit. Sejumlah hadiah pun diberikan kepada siswa-siswi yang berani membacakan hafalannya di hadapan kawan-kawannya.
MoQu diberi kejutan saat hendak pulang, para murid ternyata telah mengumpulkan uang sedekah untuk diberikan kepada santri-santri rumah tahfizh Daarul Qur’an. Sungguh, begitu mulia niat para murid yang usianya rata-rata masih di bawah 12 tahun ini. Melalu sedekah, mereka hanya berharap bisa menjadi hafizh-hafizah 30 juz.
Perjalanan MoQu terus berlanjut sampai ke SD Silaturahim, Cibubur. Tak berbeda jauh dengan murid-murid SDIT Al Furqon, anak-anak di sini juga punya cita-cita menjadi penghafal Alqur’an.
Mereka terinspirasi dari kisah Muhammad Al Fatih yang diceritakan tim MoQu. Al Fatih merupakan penakluk konstatinopel dan sudah ditunggu selama 825 tahun. Ia hafal Qur’an 30 juz sejak usianya baru delapan tahun. Al Fatih tidak pernah meninggalkan salat wajib serta sunah rawatib sejak balig.
Murid-murid pun menuliskan cita-citanya masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang ingin jadi tentara, polisi, pemadam kebakaran, astronot, guru, arsitek, dokter, hingga pemain sepak bola yang hafal Alqur’an.
Subhanallah, sangat jarang anak-anak yang baru kelas 1-3 SD punya cita-cita beragam dan mengedepankan Alqur’an sebagai referensi utama. Semoga Allah mengambulkan setiap impian dan cita-cita siswa-siswi SDIT Al Furqon maupun SD Silaturahim. Aamiin.