Aktivitas setiap hari di Balai kesehatan yang dikelola Mehmet Alverdi di Rayhanli, perbatasan Turki-Aleppo selalu ramai. Nyaris tiap jam. Gelombang pasien pengungsi datang silih berganti.
Mereka dari bayi hingga lansia datang dengan luka. Pemandangan memprihatinkan tampak dari wajah anak-anak tak berdosa Suriah yang dipenuhi perban luka.
"Mama, mama, dimana mama. Mama akan datang kan paman, mama akan datang", rintih seorang bocah lelaki 8 tahun sembari berbaring di lantai beralas kain tebal. Perutnya robek tertimpa bangunan yang dibom.
"Ibunya meninggal di Aleppo", terang Pamannya yang terus menghibur anak itu.
Di klinik sederhana Mehmet Alverdi, PPPA Daarul Qur’an memberikan bantuan untuk obat-obatan. Setelah sehari sebelumnya memberikan bantuan dana tunai 200 lira (Rp 800.000) ke 150 keluarga pengungsi.
"Daarul Qur’an datang pas saat yang tepat untuk kegiatan hari ini. Kami mau khitan anak-anak pengungsi", kata Mehmet sembari menyiapkan ruang di sudut klinik untuk mengkhitan anak-anak pengungsi Suriah.
"Bantuan anda kami belikan obat-obatan dan mainan untuk hadiah anak-anak ini. Mereka perlu dihibur untuk mengurangi kesedihannya", tandas Mehmet.
Aktivitas PPPA Daarul Qur'an di perbatasan Rayhanli-Aleppo berlangsung empat hari. Siang ini Jumat (6/1) relawan PPPA bersiap kembali ke Indonesia dari Kayseri.
"Alhamdulillah selesai setelah menyaksikan anak-anak pengungsi Suriah dikhitan. Bantuan hidup dan obat-obatan sudah kami sampaikan", kata Kamarullah relawan PPPA dari Kayseri.
"Pesan Kemanusiaan yang jadi renungan bagi kita, dalam perang anak-anak tak berdosa yang jadi korban paling menderita. Menyaksikan perang saudara seperti ini, hikmah bagi kita untuk memperkuat persatuan dan kedamaian negeri kita tercinta", pungkas Kamarulah.