Menyadari, semakin banyak santri yang harus dibinanya. Ia pun memilih untuk berhenti dari pekerjaannya yang tengah dipromosikan sebagai Leader dan karwayan tetap. Menurutnya, ia harus memilih di antara keduanya, karena berkerja akan lebih menyita waktunya.
Bukan perihal yang mudah untuk memutuskannya, mengingat ada keluarga yang harus dinafkahkannya dan kebutuhan para santrinya. Ia mengakui, sempat termenung saat awal-awal berhenti kerja.
“Apa yang harus saya lakukan agar kegiatan para santri tetap berjalan. Akan diberikan kemana proposal pengajuan ini, saya tidak pula link untuk mengajukkannya, dan berbagai pertanyaan lainnya,” pikirnya, sambil menatap kea rah laptopnya. Mengingat, hingga saat itu para santri pun tak dikenakan biaya.
Tiba-tiba saja, lanjut ia, ada yang mengucapkan salam di depan Rumah Tahfzhnya. Mereka sepasang suami istri dan pengusaha muslim yang cukup sukses.Tanpa diduga mereka bertanya-tanya terkait kegiatan Rumah Tahfidz dan apa saja yang dibutuhkan.
Tidak butuh waktu lama, mereka langsung berkata, “InsyaAllah, kami siap mensupportnya dan apakah ada hal lainnya lagi yang dibutuhkan, pendingin ruangan, meja, kursi atau lainnya,” kata ustad Anwar menirukan yang disampaikan pasangan itu.
Terdiam dan bertanya-tanya, tak menyangka atas apa yang terjadi saat itu. Ia pun hanya bisa tersenyum dan bersyukur tiada henti. “InsyaAllah, apapun yang bapak ibu berikan untuk para santri, akan bermanfaat.”
Hadiah yang Allah berikan tak berhenti di situ saja. Beberapa waktu lalu, ia melaksanakan ibadah umrah tanpa mengeluarkan biaya sepersen pun. Impiannya untuk mendirikan pondok pesantren tahfidz pun akan terwujud. Pasalnya, ada seseorang yang siap membangunkannya dan tengah dalam pembangunan.
Sang Ibu, sebut ia, yang menumbuhkan kecintaan Alqur’an kepada dirinya. Keindahan dan kesempurnaan setiap ayat-ayat Alqur’an membawa ia tak ingin jauh-jauh dari Alqur’an.