"Saya ingin lebih bermanfaat untuk orang lain, khususnya untuk agama," ujar Muhammad Izzuddin Abdul Karim Zaidan, salah satu peserta Beasiswa Tahfizh Qur'an (BTQ).
Pemuda yang tengah mengenyam pendidikan di Univeritas Indonesia ini bercerita, diterimanya ia menjadi salah satu peserta BTQ for Leader membantunya menjaga akhlak, hafalan dan visi misi kedepanya. Alhamdulillah, saat ini ia telah menghafal 10 juz, selama belajar empat tahun di Pondok Pesantren Salatiga.
Menurutnya, BTQ for Leader sejalan dengan visi misi masa depannya. "Bisa berpendidikan tinggi di luar negeri dan berdakwah di sana. Kemudian, mampu memberikan manfaat untuk orang lain di negeri sendiri," ujar pemuda kelahiran 1998 ini.
Seperti harapan kedua orang tuanya selama ini. Hal yang diajarkan keduanya pun mengakar dalam pribadi seorang kakak dari sebelas saudara ini. Yaitu, untuk apa bersusah payah hidup di dunia apabila tidak memberikan syafaat.
Ia mengakui, usai lulus dari pondok ada penurunan dalam hafalannya. Mengingat, lingkungan yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya. Semasa di pondok, para santri dituntut untuk menyetorkan hafalan setiap harinya. Tapi, sekarang semua harus semuanya sadar diri sendiri.
Zainal bersyukur, PPPA Daarul Qur'an memberikannya kesempatan ia bergabung dalam BTQ for Leader. Baginya, kegiatan ini sangat membantunya menjaga dan meningkatkan hafalan. Disamping, memberikan keringanan kepada kedua orang tuanya. Mengingat, hanya sang ayah yang bekerja saat ini, memenuhi kebutuhan 13 anggota keluarganya.
Ia mengatakan, tambal-sulam sudah terbiasa keluarganya lalui. Seperti istilah, kalau lagi ada yang ada, kalau tidak ada ya tidak ada. Meskipun begitu, syukur selalu diajarkan orang tuanya dan ibadah jangan sampai ditinggalkan bagaimana pun keadaannya.
"Sesibuk apapun tugas di kampus atau semalam apapun saya pulang ke rumah, selalu saya usahakan untuk mengaji dan menghafalkan Alqur'an usai shalat shubuh," jelas pemuda yang berdiam di Depok, Jawa Barat ini.
Ditambah, lanjut ia, adanya pemantauan hafalan Qur'an dari BTQ for Leader. Menurutnya, menjaga 10 juz yang sudah dihafalnya bukanlah perihal yang mudah. Ia berharap, hafalan 10 juznya sudah tertanam baik di hati dan kepalanya pada pertengahan November ini. Sehingga, ia memilih waktu setelah sholat fardhu untuk murajaah hafalannya setiap hari.
Zainal berharap, ia bisa membimbing 10 adik-adiknya menjadi lentera dalam kegelapan. Seperti yang diajarkan kedua orang tuanya. "Apapun yang dipilih dan dilakukan harus bisa bermanfaat," tutup pemuda yang ingin mencapai 15 juz pada akhir semester pertamanya.