Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Qur'an dan Lumpur Sepatu Tito

12 November 2016
Image

 

Terik siang di penghujung musim kemarau, nampak langkah sepatu seorang bocah pedalaman berjalan terseok. Terkadang diseret, perlahan menapaki bukit melewati deretan pohon cengkeh dan melinjo yang mulai ranum.

Matahari sudah setara ubun-ubun, cukup untuk membuat bocah cilik itu berkeringat. Gerah. Kedua kakinya harus terus berjalan menyusur jalanan menanjak sedikit becek bekas hujan lebat dan longsor menuju kampung di atas bukit.

Beban bertambah karena harus menahan tas ransel hitam yang mulai luntur di punggungnya. Langkah terseok-terseret bocah kecil itu selalu menyisakan jejak di antara lumpur jalan.

Langkah kecilnya terus maju, setiap hari ulang alik rumah sekolah. Sepatu hitamnya kian menjadi cokelat kemerahan karena lumpur tanah yang basah. Kaos kakinya tak lagi putih terkena cipratan genangan air hujan. Ia terus berjalan dengan peluh yang terus menetes.

Ialah Tito, pemilik sepasang sepatu berlumpur itu. Anak lelaki kelas 2 SD, putra Rukem asli. Bocah yang belum genap sembilan tahun itu harus menjadi saksi kejamnya longsor menerjang dusun mereka.

Tengah malam, kala hujan lebat Ramadhan lalu. Ia masih teringat betul gemuruh tanah dan bebatuan yang menggelundung dari atas bukit, menerjang batang-batang pohon yang meninggalkan suasana mencekam.

Rumah-rumah tetangganya habis rata dengan tanah. Bukan, tapi tertimbun tanah merah basah. Ia pun harus melihat korban-korban yang mengalami luka, darah, juga jenazah-jenazah tertimbun lumpur. Hening. Hanya ada suara pohon yang menuntaskan robohnya, kreeeaakk...

Berhari-hari setelah kejadian, Tito bersedih di samping Mushola Miftahul Huda sebelah rumahnya. Mushola selebar 4x4 meter tempat anak-anak Kampung Rukem biasa mengaji.

Saat itu, suasana berbeda setelah Ramadhan. Tito hendak mengaji, namun kawan-kawannya tak ada yang berani datang ke mushola itu. Gelap dan hujan terlalu menakutkan untuk ditembus sendirian meski untuk mengaji Al-Qur’an.

Mendung hitam menyisakan luka, khawatir, dan was-was jika saja longsor seperti malam itu terulang kembali. Hanya tinggal nyaring suara kumbang dan obrolan dua orang bapak yang masih berjaga.

Corong pengeras suara masjid pun tak lagi bersuara, “Muammar ZA” tidak lagi menggema. Tito sungguh bersedih. Berbulan-bulan bacaan iqro’-nya tak bertambah. Guru ngajinya tidak lagi mengajar. Pak Sudiyo sudah terlalu lelah berhari-hari turut membangun rumah-rumah yang roboh karena longsor.

Berhari-hari, Tito menunggu kawan-kawan mengajinya. Berharap pula siapa yang hendak mengajarinya membaca Al-Qur’an. Tiap hari pulang sekolah, ia berjalan malas di atas sepasang sepatu berlumpurnya menanjaki bukit selangkah demi selangkah.

Sampai ketika Tito bertemu dengan Tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang akan membangun Kampung Rukem pasca longsor. Kedatangan tim SIGAB memberi harapan Tito seketika. Qur’an, itu artinya ia bisa kembali mengaji.

Ada perbedaan dan semangat, langkah sepatu Tito kini tidak lagi menyeret-terseok. Langkah sepatu Tito menjadi lebih gesit, setengah berlari, semakin kencang, ia berlari berharap segera mengaji, meski lumpur sepatunya tidak kunjung hilang.

Tiga bulan setelah malam bencana itu, kini Tito sudah bisa kembali memegang buku Iqro’ usangnya karena lembab air hujan. Tito kembali belajar membaca Qur’an, tak sendirian, bersama kawan-kawan mengajinya dahulu.

Senyumnya semakin lebar hingga tampak gerigi kariesnya. Peresmian Kampung Qur’an Purworejo di mushola kecil sebelah rumah Tito tepat di hari Santri, 22 Oktober lalu membuat Kampung Rukem hidup kembali.

Di sudut mushola kecil itu, Tito dalam sarung kotak-kotak dan kopyah putih merdu membaca setiap huruf hijaiyah. Doanya menjelma menjadi bait-bait hafalan Qur’an yang segera menyebar ke seluruh kampung. Insyaallah.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda