Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Ketika Air Wudhu Tak Lagi Keruh

19 October 2016
Image

“Selama lebih kurang 3 bulan, kami tim dari PPPA Daarul Qur’an wira-wiri dari Yogyakarta ke dusun Rukem Purworejo ini untuk membangun instalasi air...”

Sebuah kalimat pembuka dari Maulana Kurnia Putra, manajer cabang PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pada malam peresmian Kampung Qur’an Purworejo di dusun Rukem, Kelurahan Sidomulyo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu malam (15/10/16) lalu.

Tiga bulan, kurang lebihnya tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an melakukan recovery bencana longsor yang melanda dusun itu pada Ramadhan 2016 lalu. Jauh dan sulitnya akses masuk ke dusun membuat dusun ini jauh dari pemberitaan media.

Ditambah, jalanan masuk dusun sudah tertutup tanah dan pepohonan yang membuat warga semakin terisolir. Para orang tua menjadi pengangguran mendadak, anak-anak seketika tak bersekolah, ibu-ibu istirahat dari menjemur cengkeh, dan kakek-kakek berhenti mencangkul ladang di bukit. Semua karena bencana longsor yang datang tiba-tiba malam itu.

Lek Man adalah salah satu dari sekitar 400 jiwa korban longsor di Rukem. Bapak yang menjabat Ketua RT ini sudah berbulan-bulan “tak bekerja”. Banyak pekerjaan menunggu di rumah-rumah tetangga bekas longsor. Membangun dari satu rumah, ke rumah lain, begitu seterusnya aktivitas relokasi “seadanya”. Tanpa imbalan, tentu saja.

Jadi hanya bantuan fisik yang diharapkan Lek Man saat itu. Tak ada pemasukan, tak ada hasil panen yang bisa digarap. Terpaksa, warga di situ makan mie instan dan sarden tiap hari dari bantuan dari donatur sejak 3 bulan lalu.

Ikhtiar membangun memulihkan dusun masih belum selesai. Sumber air Rukem yang terletak di bukit Pajangan hancur-hancuran diterjang longsor dahsyat. Air bening itu tetiba menjadi keruh bercampur lumpur. Tak bisa untuk mandi, buang hajat, apalagi diminum. Penyakit bisa-bisa mengancam warga dusun itu.

Lek Man pun khawatir dengan kondisi ini. Hatinya was-was melihat langit yang terus saja hitam menggelayut. Menambah gelapnya Rukem di malam hari. Jika hujan lebat turun lagi, naas-lah nasib mereka.

Bakal hilang sungguhan sumber air di sana, hanya lumpur basah yang bersisa. Saluran air harus segera dibenahi. Tapi, terkait biaya pastinya tidaklah sedikit. “Bagaimana harus mengumpulkan biaya sedangkan mereka tak bisa bekerja?”, Lek Man bertanya dalam hati.

Mushola Miftahul Huda di samping rumah Lek Man kini jadi sepi. Tak ada santri yang berani datang menembus gelap. Suara kerik jangkrik terdengar nyaring di malam hari karena gema Qur’an dari corong TOA lawas musholla mulai menghilang. Tito, anak laki-laki Lek Man yang masih kelas 2 SD pun kini tak mengaji. Takut. Ya, semua anak-anak beralasan sama. Takut kalau-kalau longsor terjadi lagi. Ah, Lek Man mengelus dada. Apa pula yang bisa ia usahakan. Tapi ia tak pernah menyerah. Persis rambut ikal gondrongnya yang terus tumbuh, begitulah semangat dan sholawatnya menjelma doa.

Selama 3 bulan, Tim SIGAB PPPA Daarul Qur’an bekerjasama dengan BNI Syariah, alhamdulillah tak datang terlambat. Saluran air mulai diperbaiki, jalur masuk dusun dibersihkan dari sisa longsor, mushola pun diramaikan oleh para relawan dan warga. Air kini mengalir jernih kembali ke dalam keran-keran kamar mandi mereka. Selang-selang darurat kini pun telah diganti dengan paralon yang usianya jauh lebih tahan lama dan lebih kuat terhadap terjangan air sungai yang deras, dibanding selang plastik yang biasa warga pakai. Padasan, tempat wudhu mereka di mushola yang masih tersumpal potongan karet sendal jepit, kini telah diganti dengan keran-keran cantik dan bangunan permanen.

“Yang kita pikirkan bagaimana supaya pembangunan di sini bisa cepat. Karena warga harus kembali bekerja," ungkap Maulana.

Sebulan, waktu yang cukup singkat, sejak peletakan batu pertama pembuatan saluran air dimulai, kini kondisi Rukem telah banyak berubah. Air wudhu gemericik mengalir di setiap adzan berkumandang.

Anak-anak, ibu-ibu, dan bapak-bapak berbondong-bondong memenuhi barisan shaf di mushola mungil itu. Selepas magrib, mereka pun biasa mengaji Qur’an. Warga pun semakin bersemangat setelah tempat ini resmi dijadikan Kampung Qur’an PPPA Daarul Qur’an. Apalagi, saat ini telah resmi dikirim seorang ustadz pendamping Kampung Qur’an, yaitu Ahmad Rizal Khadafi. Bahagia rasanya lengkap.

“Kampung Qur’an ini sepenuhnya milik warga Rukem, kami, PPPA Daarul Qur’an hanya sebagai pendamping dan pendukung saja”, kata Maulana saat meresmikan Kampung Qur’an Purworejo di depan Lurah Sidomulyo.

Lek Man terlihat tersenyum puas di sudut tenda peresmian sembari meluruskan kopyah yang miring. Bersyukur, karena bencana yang sempat membuat waktunya banyak tersita itu kini berganti dengan beribu-ribu keberkahan.

Tito, buah hatinya yang diimpi-impikan menjadi anak yang sholih dan cerdas, sudah bisa mengaji lagi. Bahkan harapan Lek Man lebih dahsyat lagi, Tito kelak akan menjadi penghafal Qur’an. Insyaallah. Semoga kita, para relawan, para donatur, dapat menjalankan amanah dengan baik sebagai wasilah mimpi terwujudnya generasi penghafal Qur’an di Purworejo. Aamiin.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda