"Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk diingat (dihafal). Adakah orang yang mengambil pelajaran?" QS. Al-Qamar [54] : ayat 17.
Sesaat tiba di Pesantren Takhassus III Cimanggis - Depok (30/9), seorang santri sedang me-muroja’ah (Mengulang) hafalannya, begitu khusyuk ia melantunkan ayat demi ayat suci Alqur’an.
Muhammad Isyroq namanya, santri Pesantren Takhassus III Cimanggis asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Setelah lulus dari MTs Daarul Qur’an Lampung, anak pertama dari empat bersaudara ini memutuskan untuk fokus menghafal Alqur'an, meskipun hanya dari kedua orang tua.
"Ini sebagai wujud cinta kepada Alqur'an dan orang tua, sekaligus memberikan contoh kepada adik-adik," ujar Isyraq.
Program Takhassus ditempuh dalam tiga tahun. Tahun pertama, para santri fokus menambah hafalan hingga khatam 30 Juz. Tahun kedua, lanjut ke muroja’ah dan di tahun ketiga mengikuti program paket C (setara SMA).
Dalam satu hari, santri wajib menyetorkan hafalan minimal 5 halaman di waktu-waktu yang sudah ditentukan oleh pengasuh.
"Ba'da subuh adalah waktu favorit untuk menambah hafalan," tambah Isyraq.
Anak dari seorang montir bengkel motor ini memiliki metode sendiri dalam menghafal Qur’an, ia biasa membaca terlebih dahulu bagian Alqur'an yang ingin dihafal, minimal 10 kali. Lalu, dihafal ayat per ayat dan seterusnya. Alhamdulillah dari metode tersebut ia sudah mengantongi hafalan 23 Juz terhitung sejak ia di Daarul Qur’an Lampung.
PPPA Daarul Qur’an melihat potensi yang luar biasa pada jiwa muda seperti Israq. Untuk itu selama ia di Pesantren Takhassus tidak dipungut biaya.
"Itu semua berkat dukungan para donatur melalui sedekah di PPPA Daarul Qur'an," ujar Ustad Sholehuddin El Tahfidz, General Manager Rumah Tahfizh Center PPPA Daarul Quran.
Saat ini, PPPA Daarul Quran membina 5 pesantren takhassus, 777 Rumah Tahfizh di 122 Kabupaten di Indonesia dan luar negeri.
"Ini adalah bagian dari ikhtiar mencetak generasi Qur’ani, serta membangun Indonesia dengan Alqur’an," tambah ustad Sholeh.
