Senja yang mulai merata di langit khatulistiwa mengisyaratkan mereka untuk segera merapat ke peraduan. Sepulang meraup rezeki untuk menafkahi keluarganya, para imam rumah tangga di kampung Kaliwadas, Subang, lanjut menyingsingkan lengan bajunya.
Belum kering peluh keringat yang meleleh membanjiri tubuh. Masih tersisa pula engah nafas sisa tadi siang.
Membawa tenaga yang mengendap di balik otot, para lelaki ini bergegas menuju bale. Ya, masyarakat sunda menyebutnya dengan istilah itu. Tempat yang oleh Ustad Farhan Sulaiman dijadikan sebagai arena mengaji anak-anak didiknya.
Namun, apakah tujuan Bapak-bapak yang mulai riung berkumpul itu?
Ternyata, panggilan iman membawa mereka menyeka kembali lelah bekas perjuangan tadi, untuk bergotong royong dan bebenah memasang keramik di bale.
Ustad Farhan sendiri ialah assatidz Kampung Qur'an yang berdiri di atas tanah Kaliwadas ini. Semenjak kedatangannya, semangat mengaji anak-anak serasa mencuat kembali.
Berbagai terobosan telah ustad asal Tegal, Jawa Tengah ini cetuskan. Untuk mendakwahkan DaQu Methode, ia galakan Gerakan Subuh, Dhuha Bersama, kegiatan bersih-bersih kampung, serta pastinya hafalan Alqur'an, dan banyak lagi.
Simpatik masyarakat akan perjuangan sang ustad, apalagi diiringi dengan kegembiraan mereka menyambut baik kampung Qur'an ini, membawa semangat kebersamaan yang luar biasa. Tak hanya tenaga, segenap materi dan barang-barang pun rela disedekahkan ke salah satu program PPPA Daarul Qur'an ini.
"Kini, keramik baru sebagai alas belajar santri di bale sudah selesai. Itu adalah hasil iuran warga sekitar, siangnya kami menjadi kuli bangunan dan petani, malamnya membangun. Bisa dipastikan 100 % biaya ini dari warga," tutur Rahya, salah seorang warga.
Sekurang-kurangnya, 50 pemuda dan orang tua turut ambil bagian dalam proyek yang hanya terselesaikan dalam kurun waktu dua hari ini. Panjat mereka, ingin suatu saat nanti berdiri sebuah pondok pesantren di Kecamatan Purwodadi. Agar, anak cucu dapat memperoleh pandidikan agama secara intens, khususnya tahfizh.
