Malam ini (13/4) lebih sunyi dari sebelumnya. Hanya desiran ombak ringan yang mewakili suara kepedihan ratusan keluarga di Luar Batang. Air mata yang mengalir dipaksa berhenti, untuk membangun kembali semangat bertahan hidup.
Tangan para ibu yang siap sedia ada untuk menenangkan buah hatinya, merangkul dan menyelimuti seluruh bagian tubuh buah hatinya. Sedang, mata sang Ayah yang mawas diri untuk melindungi keluarganya. Setiap malam, berputar otak, "Bagaimana besok, apa yang akan dimakan oleh putra-putrinya, apa yang akan ia katakan kepada mereka."
Kini, mereka dikenal manusia perahu. Jajaran kayu menjadi alas antara mereka dengan air laut, sedang sehelai terpal tipis menjadi batas antara mereka dengan langit malam. Kain seadanya menjadi pelindungi dari angin malam, meringkuk membuat mereka lebih hangat.
Selama dua hari, tim SIGAB berbagi cerita dan mendengar deru curahan hati ratusan warga disana. "Alhamdulillah, rangkulan, dukungan dan doa antar Muslim mengiringi langkah kami di sana," ujar Koordinator lapangan, Didi Kurniawan.
Dengan membawa perbekalan seadanya, lanjut ia, tim berbagi dengan 100 KK di sana. Permintaan maaf kepada warga di sana, sebatas nasi bungkus, perlengkapan bayi dan bantuan dana sebesar Rp 500.000 per KK yang mampu diberikan. Berharap, dapat memulihkan kesedihan mereka, meskipun sedikit.
Terima kasih, atas kepedulian donatur PPPA Daarul Qur'an dan doa masyarakat Indonesia. Begitu halnya dengan jasa kawan-kawan pemuda Pasar Ikan yang bersedia membantu menyalurkan. Sesungguhnya, hanya Allah yang mampu membalasnya.
