Rasanya baru kemarin. Diskusi panjang, tentang apa yang bisa kita perbuat untuk Palestina. Ternyata hari ini tak terasa sudah tiga tahun, Graha Tahfidz Daarul Qur’an berdiri di Jalur Gaza Palestina. Di gedung tiga lantai, dengan bendera merah putih berkibar-kibar di atas atapnya itu, jadi pusat pembibitan penghafal Al-Qur’an.
Tahun pertama, saat jeda perang, tak ada agresi dari Israel, dengan cepat gedung dibangun. Satu bulan setelah gedung diresmikan, Israel menghujani gedung itu dengan 12 roket. Atap hancur dan isi ruangan porak poranda. Masyarakat donatur dan keluarga besar PPPA Daarul Qur’an yang menyaksikan kondisi Graha Tahfidz dari layar televisi, dibuat berderai air mata.
Tapi, tak ada pedih dan jera di atas perjuangan. Kita kembali bangkit, terlecut oleh spirit ketangguhan mental rakyat Palestina. Dalam satu tahun, Graha Tahfidz Daarul Qur’an sudah kokoh berdiri. Sejak itu, di gedung ini pembibitan penghafal Al-Qur’an dimulai.
Pekan lalu, Ghozy Ulwah Abu Muhammad (42), pelaksana program Graha Tahfidz Daarul Qur’an, mengirim laporan video dan foto suasana rapat kerja. Ia seorang imam di Masjid Umari, Jalur Gaza yang hafidz 30 Juz. Dalam rapat itu dibahas tentang target hafalan untuk para santri.
“Insyaallah, target yang sudah kami capai satu bulan dapat satu juz. Kami berusaha mencapai target 30 juz selama tiga tahun. Doakan ikhtiar kami di Jalur Gaza”, terang Ghozy Ulwah melalaui komunikasi WhatsApp.
Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an, Anwar Sani yang menerima laporan itu terharu, dengan perkembangan program tahfidz PPPA di Jalur Gaza.
“Subhanallah, ini dahsyat sekali, bahwa ikhtiar kami mencetak para penghafal Al-Qur’an di Palestina dapat terwujud”, kata Anwar Sani.
“Kita semua terpisah jarak. Tapi Al-Qur’an menyatukan jiwa dan cinta kita pada Al-Qur’an, ini yang membahagiaan kita semua”, ungkap Sani.
Meski situasi di Jalur Gaza sulit, bagi PPPA Daarul Qur’an, tidak boleh surut untuk terus melahirkan generasi-generasi penghafal Qur’an.
“Jalur Gaza dan Palestina akan kuat, tangguh, tegak dan jaya dengan Al-Qur’an. Demikian juga dengan kita yang di Indonesia. Al-Qur’an adalah ruh dan spirit dalam seluruh sendi kehidupan, dakwah, dan perjuangan”, tandas Anwar Sani.