Ny Sugiyatmi terperanjat. Sedang duduk-duduk di teras Masjid Maryam di samping rumahnya, tiba-tiba muncul Ustadz Yusuf Mansur. Da’i muda itu menggandeng seorang anak lelaki, tampaknya sang anak. Keduanya mengenakan pakaian ihram. ‘’Ayo, Bu,’’ tiba-tiba si anak menggandeng tangan Ny Sugiyatmi. Mengajak jalan menuju makam suaminya di samping masjid. Ternyata, makam itu kebanjiran.
Demikian mimpi aneh yang dialami Ny Sugiyatmi (71) dua tahun lalu. Menurutnya, bunga tidur itu hadir lantaran dirinya memang ingin sekali bersua Ustadz Yusuf Mansur, yang baru dikenalnya sejak 2012.
‘’Setelah mengenalnya, saya senang membaca buku-bukunya. Lalu saya ingin sekali bertemu, untuk menyedekahkan apa yang saya punya,’’ kenang pemilik Rumah Makan Taman Sari yang terkenal di Solo, Jawa Tengah, ini.
Dari mimpi itulah, Ny Sugiyatmi lalu bertekd membangun pondok pesantren di sekitar masjid. Inilah cikal bakal markas Daarul Qur’an Solo di areal seluas 3000 meter persegi.
Patungan dengan Ny Sindu putrinya, Ny Sugiyatmi membeli kapling tanah di sebelah masjid seharga Rp 1,6 Milyar. Di atasnya lalu dibangun pondok. Peletakan batu pertama pada 3 September 2013 oleh Ustadz Yusuf Mansur. Persis dua tahun kemudian, 3 September 2015, pondok itu kelar.
Bangunan utama pondok tersebut, atas saran Adib Ajiputra, pengusaha Solo kawan Ny Sugiyatmi, dinamakan Gedung Ismail. ‘’Kalau ditanya habisnya berapa buat membangun Gedung Ismail, saya nggak tahu. Pokoknya niat saya sedekah,’’ kata Ny Sugiyatmi sambil tersenyum.
Ia mengungkapkan, sebenarnya dirinya ingin membangun taman wisata di areal RM Taman Sari yang lahannya seluas 1 hektar.
‘’Sebenarnya saya itu pingin membangun areal wisata di samping Taman Sari. Jadi, orang yang sedang bepergian bisa mampir makan saya sekalian wisata, mandi berenang, bermain, gitu. Tapi saya dahulukan membangun pondok. Saya minta ridho Allah sajalah.’’
Tak hanya bersedekah makan untuk penghuni pondok, Ny Sugiyatmi juga turun tangan langsung mengajari santri untuk menjaga kebersihan dengan menyapu dan ngepel lantai.
‘’Saya ajarkan, sehabis makan piringnya dicuci langsung. Saya juga minta para santri mencuci baju sendiri. Akhirnya mereka bisa juga,’’ tuturnya senang.