Sebanyak 144 santri rumah tahfidz binaan PPPA Daqu yang tersebar di seluruh Indonesia, mengikuti ujian tahfidz 30 juz tahun ini. Ujian ini dilaksanakan dalam upaya menuju wisuda Tahfidz Nasional yang hedak dilaksanakan dalam waktu dekat.
"Pelaksanaan Ujian Tahfidz 30 juz ini serentak dilaksanakan di seluruh rumah tahfidz di Indonesia binaan PPPA Daqu. Baik di Lampung, Makasar, Medan, Lombok, Malang, Samarinda,Jabodetabek, hingga Lombok," ujar Direktur Utama PPPA Daqu, Muhammad Anwar Sani, Rabu (3/6).
Ia menyebutkan, hari pertama ujian 30 juz ini telah dilaksakan sejak 30 Mei lalu di Palembang dan ditargetkan ujian akan berakhir sebelum 5 Mei. Mengingat, Wisuda Tahfidz Nasional akan dilaksanakan pada 14 Mei.
Oleh karenanya, ia berharap para santri dapat mengikuti ujian dengan sangat baik. Tidak hanya mengandalkan kuantitas jumlah hafalan yang dimiliknya. Namun, mengutamakan pula kualitas dari hafalannya, baik dari makhroj, hingga tajwidnya. Sehingga, tujuan menjadikan Indonesia menyemai generasi Qurani tidak hanya menjadi harapan saja tetapi, dapat terwujud.
Ia menuturkan, seluruh santri yang mengikuti ujian memiliki semangat tinggi. Dan, diataranya ada seorang dokter termuda di Indonesia dan seorang putra dari pemajat pohon kelapa.
"Seorang anak dari pemajat pohon kelapa itu mampu menghafal 30 juz. Tapi, sayangnya santri dari Rumah Tahfidz di Mandailing Natal ini tidak bisa mengikuti ujian pada tahun ini," katanya.
Dikarenakan, lanjut ia, pemuda 15 tahun itu harus membantu ayahanda beraktifitas memanjat pohon kelapa, kemudian menjual kelapa-kelapa itu. Selain itu, ia pun tak bisa mengikuti ujian tahfidz melalui telepon, karena tidak memiliki alat komunikasi seperti peserta ujian lainnya.
Oleh karenanya, Sani berharap pemuda itu tidak menyerah dan tetap semangat menghafalkan meskipun, tak bisa mengikuti ujian.
Di Bogor, sekitar 18 santri mengikuti ujian tahfidz 30 Juz dan nampak seluruh santri yang mengikuti ujian adalah pemuda dengan kisaran usia 15-17 tahun. Mereka dari beberapa rumah tahfidz yang tersebar di Bogor, seperti Cariu, Ciseeng, Cinaraga dan Salabintana.
"Alhamdulillah, anak-anak bersemangat mengikuti ujian. Meskipun, sangat terlihat mereka agak sedikit cemas sepanjang perjalanan ke sini," ujar Pemimpin Pondok Pesantren Tahfidz Cariu, Abdul Rahman.
Walaupun begitu, lanjut ia, para santri tetap yakin untuk mengikuti ujian 30 juz ini. Guna mengetahui kemampuan hafalannya selama ini, selain itu menjadi ajang untuk membuktikan kesungguhan mereka dalam menghafal Alquran.
Mereka tak berhenti maupun menyerah, meskipun ada yang terlupa. Terlihat jelas, mereka terus mengulang, mengingat dan mendawam'kan kembali hafalanya, ketika ada satu atau dua kata yang terlupa disela ujian.
Rahman berharap, para santri tahfidz yang dibinanya itu dapat memelihara hafalan yang telah dimiliknya. Sehingga, mampu menjadi sosok kader pemimpin yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan khususnya bagi agama yang berorientasi pada Alqur'an.