Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Untuk Pondok, Ilmu dan Kami

21 May 2015
Image

Tidak satu santri, dua santri, tapi ada puluhan santri yang bergerak kesana kemari. Tidak hanya santri laki, santri perempuan pun ikut serta. Dengan gesit meringankan kedua tangan mereka untuk membawa pasir, batu dan semen. Berat, tentu saja, karena jumlahnya yang tidak sedikit. 

Sebuah gerobak beroda tiga buatan sendiri, karung dan beberapa ember berukuran kecil  menjadi alat bantuan membawa itu semua. Satu sama lainnya saling membantu meringankan beban yang dibawa teman sejawatnya.

Tak hanya itu, puluhan santri laki-laki pun tak ragu dan tak mengeluh berlelah-lelah membuat MCK dari nol. Bahkan, bata-bata yang digunakan pun hasil buah tangan mereka sendiri.

"Ada yang membantu saja sudah Alhamdulillah, jadi kami pun tak mempermasalahkannya. Lagi pula, mck ini juga dipakai oleh kami," ujar salah satu santri Ponpes, Asep (22).

Ia mengakui, selain untuk pembangunan mck itu, ia dan teman-temannya sudah terbiasa membuat bata untuk dijual.

Wajar saja, para santri di pondok pesantren ini berbeda dari pondok pesantren di keramaian tengah kota. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi, tempat itu dikenal. Sekitar 50 lebih santri belajar ilmu agama di sana, mengaji, mengahafal dan membaca kitab menjadi keseharian dan rutinitas mereka. Pondok pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama saja ini memiliki santri yang berbeda dengan pondok pesantren lainnya.

Seluruh santri dari keluarga tani maupun buruh dan tak sedikit dari mereka yang putus sekolah. Bahkan, tak banyak dari mereka yang lulus pendidikan menengah. Tapi, ada pula yang masih duduk di bangku SD, MTS maupun MA.

Kondisi pondok yang apa adanya dan keseharian yang serba kesederhanaan, tidak menjadi alasan untuk meninggalkan pondok itu. Belajar agama adalah tujuan utama dan membantu membangun MCK pun merupakan ibadah buat mereka.

"Tidak masalah, kalau capek ya pasti capek. Tapi, itu bukan alasan untuk kami berhenti. Lagi pula, kami juga sudah terbiasa melakukan pekerjaan kasar seperti ini," lanjut santri yang telah tiga tahun belajar di Ponpes Hidayatul Mubtadi.

Menurut dia, membuat MCK adalah salah satu cara yang dapat dilakukan olehnya dan santri lainnya untuk membalas pengabdian pondok selama membimbing mereka.

Meskipun lelah dan letih, tak sekali pun mereka meninggalkan kegiatan rutinitas pesantren. Sholat tepat waktu, belajar agama, mengaji dan mengahafal Alquran tak luput dari prioritas mereka.

Para santri akan kembali bahu membahu setelah melaksanakan itu semua. Ia mengatakan, berwudhu, shalat dan mengaji adalah cara mereka melepas lelah dan memperoleh semangat kembali.

"Sebelumnya, para santri harus mengantri satu sama lain hanya untuk mandi dan bersuci. Mengingat, hanya dua kamar mandi yang tertutup dengan bilik untuk 20 lebih santri laki-laki," ujar Pembina Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi, Ibnu Qasim.

Hal yang serupa yang terjadi pada santri perempuan, dari kondisi yang terlihat saat ini. Layaknya tidak ada privasi yang terjaga antar santri perempuan lainnya.

Meskipun begitu, lanjut ia, selama ini para santri tidak mengeluhkannya atau bahkan meninggalkan pondok. Justru, para santri selalu rindu untuk kembali ke pondok.

Ia mengakui, selama tujuh tahun ponpes itu berdiri, baru kali ini ada yang membantu tanpa memberikan syarat apa pun. Sebelumnya, ada perwakilan dari pemerintah yang hendak membantu, tetapi ia diwajibkan mengisi persyaratan ini dan itu. 

Dikarenakan, hal itu dan dikhawatirkan akan banyak masalah yang timbul kedepannya, ia memilih untuk menolaknya. Hingga, suatu kala PPPA Daqu datang bersama programnya 'Benah Pesantren' dan menawarkan uluran tangan tanpa harus mengisi ini dan itu.

"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur ada yang bersedia datang dan membantu pondok kami yang sederhana ini," kata salah satu santri perempuan, Siti Fatimah Zahroh.

Adanya MCK yang baru sangat dinantikan oleh teman-teman. Bagaimana pun bentuknya, ia dan lainnya tak mempermasalahkannya.

Sambil merehatkan diri di teras pondok, ia berkata, "berat atau tidaknya apa yang kami bawa, tidak sebanding dengan ilmu yang kami terima."



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda