Orang kaya berqurban, itu biasa. Tapi orang miskin berqurban, itu baru luar biasa. Rasulullah SAW pernah mengibaratkan, "Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham." Para sahabat bertanya, ‘'Bagaimana bisa demikian?’’ "Ya, ada orang yang memiliki dua dirham kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara orang lain yang memiliki banyak harta, bersedekah seratus ribu dirham" (HR An Nasai).
Contohnya Mbah Kemi almarhum. Semasa hidupnya, lelaki tua yang telah berumur lebih dari seratus tahun itu tinggal sendirian di sebuah gubuk di dusun Kembang Kuning, Windusari, Magelang Jawa Tengah. Gubuk itu beratap genteng berdinding bilik.
Untuk mengisi hari-hari Mbah Kemi rajin mengikuti pengajian walau harus berjalan kaki ke tetangga desa. Sisa snack pengajian dibawanya pulang untuk mengganjal perut. Satu kardus snack bisa mengganjal lapar sampai tiga hari.
Di gubugnya yang sempit itu, Mbah Kemi kemudian berbagi ruang dengan seorang pria jompo kurang waras yang ia temukan di jalanan. Selain itu juga berbagi ruang dengan seekor ayam betina yang sedang mengeram dan juga kambing setengah baya. “Nanti kalau saya meninggal, kambing ini biar dipotong untuk orang-orang yang ngurusi jenazah saya,” pesan Mbah Kemi.
Suatu ketika jelang Idul Adha, Ketua Yayasan Daarul Qur’an Anwar Sani, mampir ke gubug Mbah Kemi. Saat berpamitan pulang, Sani memberinya Rp 150 ribu, dengan pesan untuk membeli makanan kalau nggak ada makanan. Sang tamu prihatin lantaran Mbah Kemi sering mengonsumsi nasi basi.
Ternyata, uang Rp 150 ribu itu akhirnya Mbah Kemi bawa ke pasar bersama seekor kambing setengah baya miliknya. Sesampainya di pasar, uang dan kambing mudanya ditukar dengan kambing jantan yang besar.
Kambing besar itu dibawanya pulang. Tapi tidak dimasukkan lagi ke kandang, melainkan dibawa ke musholla depan rumah Mbah Kemi.
“Besok lusa kan Idul Adha, jadi kambing ini dipotong buat qurban saja,” katanya. Saat ada tetangga yang menanyakan kenapa kambing satu-satunya diqurbankan, Mbah Kemi menjawab, ”Sakjane Mbah ki pengen banget munggah kaji, tapi amargo durung iso, yo nyembeleh wedus disek wae (Sebenarnya Mbah ingin sekali pergi haji, tapi karena nggak belum bisa ya motong kambing aja dulu).”
Alhamdulillah, keinginan Mbah Kemi untuk bisa naik haji diijabah Allah. Adalah donatur PPPA Daarul Qur’an yang tergerak hatinya untuk memberangkatkan Mbah Kemi ke Tanah Suci. Pada awal Juni 2009, Mbah Kemi berangkat umroh bersama Kafilah Daarul Qur’an.