Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Prof Kato Kagumi Rumah Tahfidz

31 December 2013
Image

''Saya percaya, Islam adalah sistem yang dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik,'' kata Prof Hisanori Kato saat berdialog dengan pengelola dan santri Rumah Tahfidz Al Azmy Bogor, Sabtu (28/12) sore.

Hisanori Kato (49), peneliti dari Jepang yang pernah lama bermukim di Indonesia sejak 1991. Mulanya ia pengajar Bahasa Jepang di Jakarta International School pada tahun 1991-1994. Alumnus Universitas Hosei Tokyo dan The School of Studies in Religion, University of Sydney, Australia, ini lalu meneliti tentang peran agama Islam dalam pembentukan masyarakat demokratis di Indonesia. Ia pun sempat menjadi dosen tamu dan guru besar di Universitas Nasional Jakarta.

Pria sederhana yang berasal dari Kamakura, Jepang, ini sekarang pengajar dan peneliti di Osaka Butsuryo College di Osaka, Jepang. Ia juga anggota dewan kehormatan Centre of Asia Studies yang bermarkas di Indonesia.

Kato-san yang merupakan profesor termuda di Osaka, menuangkan pengalaman dan kesannya tentang Indonesia dalam buku Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang (2013). Buku yang diterbitkan Gramedia ini sudah cetak ulang dua kali.

Kato datang ke Rumah Tahfdiz Al Azmy di Kampung Pondokmiri, Desa Rawakalong, Kec Gunungsindur, Bogor, didampingi Wakil Direktur PPPA Daarul Qur’an Sunaryo Adhiatmoko dan Manager Area PPPA Daarul Qur’an Jawa Tengah, Wahyu Efendy.

Menurut Kato, ia tertarik untuk meneliti tentang Rumah Tahfidz Daarul Qur’an setelah berdialog dengan Ustadz Yusuf Mansur. ''Saya sampai pada tahap tertarik dengan agama Islam, meskipun belum memeluk Islam,'' kata Kato-san yang mengaku beragama Buddha.

Sebelumnya, Kato berdialog dengan Ustadz Yusuf Mansur di Pesantren Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang. Peneliti jepang ini mengaku sangat kagum dengan program-program PPPA Daarul Qur’an di bidang pendidikan, pemberdayaan, kemanusiaan dan kesehatan.

Setelah menyimak laporan-laporan program Rumah Qur'an di pedalaman NTT dan aksi kemanusiaan di Somalia, Kato menyatakan ingin sekali melihat aktivitas program di lapangan. Rumah Tahfidz Al Azmy dan Rumah Tahfidz di Jogja, jadi pilihan kunjungannya. Ia juga ingin melihat Rumah Qur'an Merapi.

Mendapat penjelasan tentang kegiatan Rumah Tahfidz dari pembimbing Al Azmy, Ustadz Muslihan Bashri, Hisanori Kato merasa kagum. Misalnya para santri yang memulai kegiatan harian sejak pukul 04.00 WIB. ‘’Di Jepang, mana bisa anak-anak bangun subuh,’’ katanya membandingkan. Generasi belia Jepang masa kini, lanjutnya, sudah asyik dengan game digital ketimbang membaca.

Hisanori Kato juga merasa respek terhadap keramahan kaum muslimin Indonesia, termasuk para tokoh Islam yang selama ini dicitrakan sebagai "radikal". Peneliti yang bersahabat dengan Prof Amien Rais, Ismail Yusanto (Jubir HTI), Habib Riziq Shihab (FPI), Abu Bakar Baasyir (JAT), Yusuf Mansur, dan lain-lain ini membandingkan dengan sikap orang Jepang yang sulit bergaul dengan bangsa lain.

‘’Arigato, saya yang non-Islam diterima dengan baik di sini,’’ ujarnya sambil sedikit membungkukkan badan.

Dalam dialog dengan para santri Al Azmy, Hisanori Kato menanyakan motivasi mereka mengikuti program Rumah Tahfidz dan menghafal Qur’an. ‘"Kami ingin menghafal Al Qur’an agar sukses di dunia dan akhirat," kata Adelia dan Ghufron, yang dibenarkan para santri lainnya.

Jawaban itu terkonfirmasi ketika Kato menanyai cita-cita masing-masing anak. Penasehat Pemkot Sakai, Osaka, tak menyangka ternyata selain menjadi penghafal Qur’an, anak-anak juga ada yang ingin menjadi pengusaha restoran, pebisnis kuliner, atlit badminton, hingga jadi pelukis. ‘’Bagus, bagus,’’ komentar Kato sambil manggut-manggut.

Ia lalu bertanya, apakah kegiatan Rumah Tahfidz tidak mengganggu belajar di sekolah umum. ‘’Ya, sedikit ngantuk kalau pagi,’’ ungkap Syauqi sambil tersenyum. Yang Kato heran, ternyata prestasi akademik anak-anak bukannya menurun tapi malah meningkat setelah mengikuti pogram tahfidz.

Menjawab keheranan tamunya, pengelola Al Azmy menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an ada firman Allah SWT yang menyatakan: “Wattaqullah, wayu’allimu kumullah. Bertakwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu (QS Al-Baqarah: 282).


‘’Mr Kato, dalam keyakinan kami, jika kami mengejar akhirat (surga), maka kesuksesan dunia akan mengikuti. Tapi kalau hanya mengejar dunia, ya hanya akan mendapat kesuksesan duniawi,’’ jelas Sunaryo.

Di penghujung dialog, pengelola dan santri Al Azmy berdo’a agar Hisanori Kato mendapat pencerahan iman.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda