Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Cendana Tidak Lagi Membawa Masalah

12 November 2013
Image

Hau-Meni, itu sebutan warga kampung Qur’an OeUe untuk pohon cendana. Kampung Oe Ue yang berada yang berada di Desa Mauleum, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah penghasil Cendana di NTT. Kita mengenal pohon ini karena aromanya yang wangi. Aroma dan wangi yang dihasilkan oleh kayu ini tidak akan bisa ditemukan pada jenis lain. Maka itu yang menjadikan nilai ekonomi pohon ini sangat tinggi.

Di Indonesia pohon ini tersebar di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Dari kedua daerah tersebut NTT dikenal sebagai penghasil kayu Cendana dengan kualitas baik. Keharuman cendana adalah salah satu daya tarik bangsa Eropa untuk datang ke bumi nusantara pada sekitar abad ke-15. Cendana menghasilkan minyak harum yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan, di antaranya industri kosmetika.

Namun begitu bagi Herman (42) warga kampung OeUe pohon ini disebut sebagai pohon bermasalah, 'haulasi'. “Salah tebang, bisa didenda. Salah tebang, bisa masuk lembaga (penjara)”.

Bekas-bekas trauma masih melekat dalam ingatan Herman. Ia berkisah Herman bercerita ia pernah berurusan dengan pihak berwajib di tahun 90-an. Ketika itu ia ingin menjual batang pohon cendana. Tidak banyak hanya 4 kg. Harga ketika itu perkilogramnya sebesar Rp 25.000,-

“Saya ingin menjual batang pohon tersebut sebagai biaya pendidikan tinggi saya” ujar Herman mengenang.

Saat itu Herman membutuhkan biaya untuk membayar studinya di Universitas Islam Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat. Ia dan kelima rekannya waktu itu harus berurusan dengan pihak kepolisian karena ketahuan membawa kayu cendana sebanyak 4 Kg. Akibat itu ia terpaksa tidak melanjutkan studinya di UIN Mataram.

“Kita jika melihat pohon cendana sudah mulai tumbuh, langsung kita tebang karena bisa menjadi malapetaka bagi kita” ujar Herman, “Hingga kita tidak lagi menganggap istimewa pohon tersebut”

Intinya meski pohon cendana tumbuh di kawasan hutan ataupun lahan masyarakat pemilik pohon cendana sesungguhnya adalah pemerintah dibawah rezim orde baru ketika itu lewat tangan aparat militer dan polisi. Masyarakat tidak boleh memanfaatkan keuntungan pohon cendana ini.

Namun kini semua sudah berubah. Kini pohon Cendana bisa sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat. Berdasar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 24 Tahun 2001 masyarakat hanya memiliki kewajiban untuk membayar bagi hasil sebesar 10 persen kepada pemerintah daerah

Untuk itu sebagai ikhtiar untuk pemberdayaan ekonomi dengan memanfaatkan tanah wakaf dan sebagai upaya penghijauan yang pada akhirnya akan menjaga mata air maka PPPA Daarul Qur’an memulai gerakan dengan menanam 1000 pohon cendana di kampung OeUe.

Maka, pada Sabtu (9/11) pagi ratusan warga Kampung Oeue baik kaum pria, wanita dan anak-anak sudah berkumpul di lokasi lahan yang akan ditanam Cendana. Senyum mereka mengembang. Tak ada lagi ketakutan. Saat, truk yang membawa bibit cendana datang, mereka langsung menyambut.

Satu persatu bibit-bibit cendana mereka turunkan dengan bergotong-royong. Kaum pria, wanita dan anak-anak seakan berlomba untuk membawa bibit Cendana ke lokasi penanaman.

Zulkarnain Nobisa (40) mengatakan sangat senang ketika mendengar PPPA Daarul Qur’an akan menanam bibit pohon cendana di kampung tersebut. Ia mengatakan semoga kali ini pohon Cendana benar-benar bisa dirasakan manfaatkan oleh seluruh masyarakat.

“Kami senang dengan bantuan ini, terima kasih Daarul Qur’an yang sejak hampir dua tahun ini mendampingi pembangunan masyarakat di Kampung OeUe” ujar Zulkarnain.

Wajah Herman juga tampak berseri-seri. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya di pagi hari tersebut.

“Alhamdulillah, semoga ini menjadi tidak hanya bagi kami yang menanam tapi juga bagi para pemberi bibit cendana ini” ujarnya sambil merapikan bibit Cendana yang akan ditanam.

Prosesi penanaman Cendana pun dilakukan. Ustad Bilal dari Daarul Qur’an mengawali penanaman cendana dengan Doa yang dipanjatkan bagi para donatur semoga apa yang telah diberikan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah swt.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda