Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Makna Hakiki Qurban

11 September 2013
Image

Sebuah buku karangan Bawa Muhaiyaddeen, Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom, mengupas makna hakiki dari Hari Raya Kurban. Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim telah begitu mencintai anaknya, sehingga kecintaannya tersebut telah menimbulkan rasa attachment atau keberpihakan yang berlebihan, bahkan melebihi kecintaannya terhadap Tuhan.

Rasa cinta seperti itu telah membuatnya bersikap tidak adil, di mana dikisahkan Nabi Ibrahim selalu berpihak kepada anaknya apabila anaknya berselisih dengan kawannya.

Padahal sebagai seorang Nabi yang membawa ajaran Tuhan, sikap keberpihakan seperti itu akan membahayakan, karena sulit baginya untuk bersikap adil, mencintai sesama tanpa pandang bulu, serta melakukan kebaikan dengan ikhlas.

Maka, Tuhan menyuruh Ibrahim mengorbankan anaknya, yang sebetulnya dimaksudkan bukan untuk menyembelih anaknya, tetapi untuk memotong rasa attachment yang begitu besar kepada sesuatu selain Tuhan. Ketika itulah Ibrahim mendapat ujian yang begitu berat sehingga digambarkan begitu sedihnya Ibrahim mendapatkan perintah tersebut.

Setelah melalui perjuangan batin dan karena didorong pula oleh anaknya untuk melaksanakan perintah tersebut, akhirnya ia rela mengorbankan anaknya. Ketika pisau sedang diayunkan untuk mengorbankan anaknya, ketika itulah rasa attachment kepada anaknya putus, sehingga Tuhan menyetop Ibrahim dan menyuruh menggantikan korbannya dengan seekor kambing.

Kenabian Ibrahim telah sempurna karena saat itu ia hanya mempunyai attachment kepada Tuhan, sehingga ia dapat memperlakukan setiap manusia dengan adil, kasih sayang, serta betul-betul ikhlas, karena keberpihakannya hanyalah semata-mata kepada Tuhan, bukan karena ingin dipuji atau alasan-alasan lainnya.

Jadi makna kurban yang secara ritual dirayakan oleh umat Islam setiap tahunnya adalah bukan semata-mata untuk menyembelih kambing atau sapi saja. Tetapi harus diniatkan untuk “menyembelih” keberpihakan kita kepada berhala-berhala selain Tuhan; kebanggaan diri, uang, status, kekuasaan, golongan, dan agama.

Ketika kita berhasil “menyembelih” semua keberpihakan tersebut, yang tinggal hanyalah keberpihakan kepada Tuhan, dan barulah kita dapat berbuat kebajikan untuk sesama manusia dengan ikhlas dan adil.

Dengan mengerti makna hakiki tersebut, siapa saja tetap bisa berkurban walaupun tidak mempunyai uang untuk membeli kambing.

Seperti yang tertulis di dalam Qur’an (22:37): “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan (kebajikan) dari pada kamulah yang dapat mencapainya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Nah, menyambut Idul Adha yang sebentar lagi mejelang, kita dipanggil untuk menunaikan qurban bagi yang mampu.

Dalam prosesi qurban, jika sekadar memotong kambing hidup di daerah terpencil, memang bukan hal yang amat heroik lagi. Namun, jika dikemas dalam bentuk Abon Kambing, jangkauannya akan jauh lebih luas.

Kenyataannya, di berbagai pelosok kambing/domba sulit dijumpai dan tak semua daerah bisa beternak. Dengan jadi abon, maka mudah untuk mendistribusikannya. Bahkan yang tak biasa makan kambing, akan bisa menikmatinya.

Untuk mengingatkan kita akan pentingnya ibadah qurban, Rasulullah juga berwasiat, dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang memiliki keleluasaan lalu tidak mau menyembelih hewan kurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.”

Wallahu’alam.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda