Selasa, 2 Juli lalu, Aceh Tengah diguncang gempa ,2 Skala Richter pada pukul 14.37. Puluhan ribu masyarakat korban gempa di Aceh Tengah dan Bener Meriah, kini menempati tenda-tenda darurat selain tenda peleton karena rumah mereka rusak berat dan ringan akibat gempa.
Sebagian masyarakat korban gempa, tidak mengungsi di tempat penampungan yang telah ditetapkan, tapi mendirikan tenda plastik di dekat rumahnya. Hal ini karena gempa berbeda dengan tsunami dan banjir. Saat gempa, sebagian harta benda mereka masih tersisa di bawah reruntuhan.
Gempa Aceh Tengah ini, juga menyisakan keprihatinan karena bertepatan dengan awal Ramadhan. Laporan tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an dari lapangan, hampir semua masjid dan meunasah di lokasi gempa luluhlantak. Masjid tak lagi bisa dipakai untuk sholat, apalagi tarawih.
Seperti di Kampung Simpang Juli, Ketol, Aceh Tengah, hasil diskusi SIGAB dengan warga korban gempa memutuskan kebutuhan darurat adalah tersedianya sarana ibadah untuk sholat dan tarawih. Maka, tiga hari pasca gempa, SIGAB PPPA bersatu padu dengan warga korban gempa, mendirikan meunasah dan masjid. Alhamdulillah sudah berdiri dua masjid darurat yang siap untuk sholat dan tarawih.
Dari hasil pemetaan di lapangan, Direktur Ekskutif PPPA Daarul Qur’an, Tarmizi, menyampaikan bahwa PPPA akan fokus pada recovery Benah Meunasah dan penyiapan Kampung Qur’an berbasis warga korban bencana. Selain itu, juga bantuan charity seperti iftor dan paket lebaran untuk korban gempa.
“Masjid dan meunasah jadi konsen PPPA karena memang kami lembaga yang bergerak dalam memasyarakatkan Al-Qur’an. Recovery berbasis Kampung Qur’an juga orientasinya berbasis pemasyarakan Al-Qur’an seperti recovery kebencanaan di tempat lain yang dilakukan PPPAâ€, tandas Tarmizi.