Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

SEDEKAH SAWAH, Menyehatkan Indonesia

14 December 2012
Image

Pertanian, kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan India Arun Jaitley, “amat sensitif secara politik, amat penting secara ekonomi, namun amat lemah secara sosial.” Setidaknya ada enam alasan mengapa sektor pertanian menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan hajat hidup manusia secara universal. Kedua, merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas ekspor.

Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Kelima, untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperbarui lingkungan. Dan keenam, dengan berbagai nilai strategisnya itu, menjadikan pertanian dapat menjadi alat politik yang efektif dalam tata dunia. Merujuk kitab-kitab pertanian Islam, Ustadz Yusuf mengingatkan agar setiap warga pemilik tanah harus mengelola tanahnya secara optimal.

Tentu dengan dukungan Negara (Baitul Mal). Sebaliknya, warga yang menelantarkan lahannya hingga tiga tahun, Negara akan mengambil paksa tanah itu dan dikaryakan bagi warga lain. Inilah land reform yang diajarkan Nabi. Kata Khalifah Umar bin Khaththab ra, “Orang yang memagari tanah tidak berhak (atas tanah yang dipagarinya) setelah (membiarkannya) selama tiga tahun.” Dalam Kitab al-Amwâl, Abu Ubaid meriwayatkan dari Bilal bin Harits al-Muzni, yang menuturkan bahwa Rasulullah Saw memberi Bilal selembah lahan. Namun ternyata Bilal tak sanggup menggarapnya semua sehingga ditegur Khalifah Umar.

“Rasulullah Saw tidak memberikan (lembah) itu kepadamu untuk kamu pagari agar orang-orang tidak bisa mengambilnya. Tapi, beliau memberikannya kepadamu agar kamu garap. Karena itu, ambillah bagian tanah yang sanggup kamu kelola, dan kembalikan yang tidak bisa kamu kelola.”

Pusat Pertanian Organik

Dalam program Sedekah Sawah, Daarul Qur’an punya visi untuk mengembalikan masyarakat pada konsumsi makanan bebas pestisida. Sebagaimana kita mafhum, hari ini dari beras hingga sayur dan buah, tak ada yang bebas dari pestisida. Perlahan, generasi kita dibunuh oleh makanan yang diasup tiap hari. Tata kelola pertanian kita, juga cenderung pada cara instant dan tergantung pada pestisida.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 19-20, Allah SWT berfirman: “Dan kami hamparkan bumi, kami jadikan pada bumi tersebut gunung-gunung, dan kami tumbuhkan segala sesuatunya (di bumi) dengan menjaga keseimbangan (ekosistemnya) agar bumi ini kami jadikan sebagai sumber rezeki bagi kamu (manusia) dan bagi mahluk lain yang rezekinya bukan urusan kamu” (QS.15:19-20). Dari ayat tersebut telah jelas bahwa, Allah SWT menumbuhkan segala sesuatu dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestariannya.

Saat ini secara umum sektor pertanian kita mengalami; penyempitan lahan pertanian akibat alih fungsi, penurunan kesehatan dan kesuburan lahan, ketergantungan terhadap sarana produksi kimia sintetik yang harganya makin mahal dan mengakibatkan gangguan keseimbangan agroekosistem, serta harga produk pertanian yang dihasilkan berfluktuatif.

Masalah yang paling serius harus segera diatasi adalah penggunaan sarana pertanian (pupuk dan pestisida) kimia sintetik. Sebab residu bahan kimia dari pupuk dan pestisida yang terdapat dalam bahan pangan yang dikonsumsi, akan terakumulasi dalam tubuh dan membahayakan kesehatan. Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa bahan aktif racun dari pestisida kimia tidak terbuang ke luar tubuh, tetapi akan terakumulasi di dalam jaringan dan akan memicu timbulnya kanker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal dan paru-paru.

Kegiatan usaha tani yang dilakukan di lahan Darul Qur’an, Situ Gunung, Sukabumi, adalah menggunakan sistem bercocok tanam organik melalui pemanfaatan pupuk organik dari limbah ternak dan penggunaan pestisida nabati yang akan memanfaatkan material yang ada di sekitar lahan. Dengan tata kelola secara organik, akan memberikan manfaat yang besar dalam jangka pendek maupun panjang yaitu : pertama aspek lahan, kesuburannya tanah akan terus meningkat, kedua aspek lingkungan, keseimbangan ekosistem di sekitar lahan akan terjaga kelestariannya dan ketiga aspek ekonomi, usaha tersebut mengikuti tren pertanian back to nature yang memiliki nilai jual cukup tinggi dan prospek pemasaran yang cerah.

Menyehatkan Indonesia

Daarul Qur’an mengawali titik pengelolaan Sedekah Sawah secara organik dari sawah 7 hektar di Situgunung, Sukabumi. Di lahan ini jadi kawasan pertanian terpadu dilengkapi laboratorium pertanian, diklat, rumah tahfidz, dan agrowisata. “Selain padi organik, juga sayur, buah, dan peternakan. Juga laboratorium yang kita bisa memproduksi pupuk organik dan pestisida nabati sendiri”, terang Koordinator Pusat Pertanian Organik Daarul Qur’an, Dr. Ir. H. Samsudin, M.Si. “Di sini juga mulai disiapkan balai diklat. Para petani dari seluruh Indonesia yang mengelola lahan Sedekah Sawah Daarul Qur’an, akan kita latih dan jadikan ahli petani organik.

Mereka akan mengelola lahan Daarul Qur’an dengan tata kelola pertanian organik”, tandas Dr. Samsudin Direktur Eksekutif Daarul Qur’an, Tarmizi, juga menjelaskan bahwa Sedekah Sawah sebagai ikhtiar Daarul Qur’an mendorong ummat dan masyarakat, punya pilihan hidup sehat. “Kita dan anak-anak kita hari ini, tak bisa memilih makanan yang bebas pestisida. Jikapun ada, jumlah makanan berbahan organik sedikit, itupun mahal dan tak bisa dijangkau kebanyakan masyarakat”, kata Tarmizi.

“Maka, kita harus jemput bola, dengan memiliki seluas mungkin lahan pertanian di seluruh Indonesia yang kita kelola pertaniannya berbasis organik dan bisa dinikmati seluruh masyarakat”, tandas Tarmizi. Tarmizi juga menjelaskan, dengan tim yang dimiliki Daarul Qur’an saat ini, untuk pengadaan pupuk organik dan pestisida nabati bisa diproduksi sendiri.

Ini untuk menjawab kekhawatiran petani, jika nanti beralih pada pertanian organik akan kesulitan memperoleh pupuk. “Ulat bawang misalnya, bagi sebagian petani dianggap sebagai hama. Tapi, bagi ahli pertanian organik kami, ulat itu jadi bahan baku pembuatan pestisida nabati”, Tarmizi menerangkan. “Insya Allah, makin luas lahan Sedekah Sawah Daarul Qur’an, kesempatan kita menyehatkan Indonesia makin dekat. Sehat makanannya, sehat asalnya, dan bangsa kita akan berkah”, pungkas Tarmizi.



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda