Tak ada sekolah di pulau itu. Hanya Masjid sederhana tempat mengaji dan belajar baca tulis hitung. Seorang dai dari Dewan Dakwah, ditempatkan di pulau yang konon penduduknya tak bisa punya KTP ini. Warga menempati rumah sederhana yang mirip bedeng. Kehidupan di Pulau Kera, kian dramatis jika musim badai dan ombak tinggi. Nelayan tak bisa melaut dan suplai kebutuhan pokok dari Kupang juga tidak bisa datang karena cuaca.
Tapi, ada realita yang nyata di Pulau Kera. Yakni, menjadi minoritas selalu terkucil dan tak punya akses untuk menyuarakan hak-haknya. Itu kenapa pulau ini cukup layak disebut “Gazaâ€. Ditengah panas membakar siang itu, warga Pulau Kera bak kejatuhan bulan. Datang bersama Daarul Qur’an, Bu Ermi, seorang muzakki yang punya kepedulian tinggi pada kemanusiaan.
Ia membagikan 5 ton beras dan bantuan tunai tiap KK Rp 300 ribu. Rizki yang tak diduga sama sekali oleh mereka. Selain di Pulau Kera, sehari sebelumnya Bu Ermi juga berbagi sedekah ke 200 KK di Kampung Qur’an OeUe, Soe, NTT. Warga OeUe juga terkejut, mendadak tiap KK dapat bantuan tunai Rp 800 ribu dari Bu Erni.
http://www.pppa.or.id/gallery/category/51-gaza-di-seberang-kupang