Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Bukan Harkitnas Tapi Khatmil Surah Qur’an

24 May 2012
Image

 

Bukan, kemeriahan itu bukan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Lho, mengapa tidak sekalian? ‘’Penetapan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional itu bersifat politis dan mengingkari fakta sejarah,’’ tegas Nurbaiti Rohmah, Pengelola Al Azmy.

Ia menuturkan, pemerintah menetapkan 20 Mei sebagai Kebangkitan Nasional sejak 1948, merujuk pada kelahiran BO (Boedi Oetomo) pada 20 Mei 1908. Mengutip Asvi Marwan Adam, sejarawan LIPI, Nurbaiti sepakat BO sebenarnya tak layak disebut pelopor kebangkitan nasional.

Sebab, BO bersifat kedaerahan sempit (primordial). “Hanya meliputi Jawa dan Madura saja” ujarnay mengutip Asvi dalam bukunya “Seabad Kontroversi Sejarah“. ‘’Penilaian KH Firdaus AN lebih tajam lagi,’’ imbuh Nurbaiti. Dalam bukunya ‘’Dosa-Dosa yang Tak Boleh Terulang Lagi’’, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam ini menulis, BO adalah antek-antek penjajah.

Buktinya antara lain: BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan atas Indonesia. BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935.

BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Bahkan KH Firdaus AN menunjukkan, BO sentimen terhadap Islam. Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, dalam sebuah pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereninging, berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya.

sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan.” Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (Al-Lisan nomor 24, 1938).

Fakta lainnya, ternyata ketua pertama BO, Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Bagi KH Firdaus AN, kebangkitan nasional diprakarsai Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Haji Samanhudi pada 16 Oktober 1905. SDI yang berganti jadi Sarekat Islam (SI) keanggotanya berasal dari beragam etnis, daerah, dan suku di seluruh Indonesia.

Haji Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM Sangaji dari Maluku. Sampai tahun 1916, SI punya 181 cabang di seluruh Nusantara. Jumlah anggota kurang lebih 700.000 orang dan tahun 1919 mencapai 2 juta orang.

Bandingkan dengan BO yang paling banter hanya beranggotan 10.000 orang. Kembali ke Al Azmy, mereka rupanya tengah menggelar hajat syukuran khatmil surah Qur’an dua santrinya. Dalam waktu 4 bulan setelah mengikuti Program Tahfidz, Lulu Farhan (14) dan Nia Fitriana (11) berhasil menghafal Surah Yasiin (83 ayat), Ar Rahman (78 ayat) Al Mulk (30 ayat), dan Surah Al Waqi’ah (96 ayat).

‘’Artinya, kedua santri ini mampu menghafal rata-rata 3 ayat perhari dari target 1 ayat perhari,’’ tutur M Muslihan Bashri, Pembimbing Rumah Tahfidz Al Azmy yang berlokasi di Kampung Pondokmiri, Desa Rawakalong, Kecamatan Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat.

Mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta Selatan, yang sudah hafal lebih 22 juz Qur’an, ini menambahkan, metode hafalan yang diterapkannya adalah One Day One Ayat yang dikembangkan PPPA Daarul Qur’an. ‘’Insya Allah 6 santri lagi segera khatam 4 surat,’’ ia menambahkan.

Rumah Tahfidz Al Azmy salah satu lembaga pendidikan yang dikelola Kebon Maen Bocah (KMB). KMB yang dirintis Nurbaiti sejak 2001, juga menyelenggarakan sekolah rakyat TK Balistung (baca-tulis-hitung) dan TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) untuk murid SD-SMA. Keseluruhan santri sekitar 150 anak.

Dari 70-an santri TPQ, terseleksi 20 anak yang memenuhi syarat untuk mengikuti Program Tahfidz sejak akhir Januari 2012. Termasuk di antaranya Lulu dan Nia. Nurbaiti menjelaskan, dalam setahun Al Azmy memprogramkan acara Khatmil Surah untuk hafalan 4 Surah Pilihan (Yasiin, Rahman, Mulk, Waqi’ah), Juz ‘Amma (juz ke-30), dan Juz Pertama.

‘’Khatmil ini dirayakan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT sekaligus memberi apresiasi kepada santri. Ini juga kita jadikan sebagai syiar, agar menjadi tren perayaan pengganti kebiasaan perayaan ulangtahun,’’ papar Sunaryo Adhiatmoko, pengelola Al Azmy. Wakil Direktur PPPA Daarul Qur’an ini menambahkan, Khatmil Surah kali ini merupakan yang pertama mereka adakan.

Walau dirayakan secara sederhana, Ny Tamih, ibunda Nia, mengaku bangga dan bersyukur. ‘’Alhamdulillah, sekarang anak saya bisa ngajari emaknya ngaji,’’ ujar Ny Tamih. Warga RT 01/05 Pondokmiri itu suaminya seorang satpam Komplek Permata Pamulang dan penarik ojek.

Dilit bergabung dalam Forum Ojeker Beriman (Forjeki) setempat. Berbeda dengan jamaknya tukang ojek, Dilit tidak merokok. Dia juga cukup fasih mengaji, dan rajin mengikuti pengajian kampung. Maka, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. (nurbowo)



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda