Bagaimana Anda memaknai sedekah? Saya tidak terlahir dari keluarga dengan latar belakang agama yang kuat. Orangtua saya adalah tempat saya belajar sedekah. Waktu kecil, saya melihat secara empirik apa yang dilakukan orangtua saya dalam bersedekah. Orangtua saya berprofesi sebagai guru, dengan penghasilan yang tentunya pas-pasan. Tapi, yang membuat saya heran, bapak saya mempunyai murid yang banyak dan kadang mereka tidur dan makan dengan keluarga kami di rumah. Selain itu, keponakan orangtua saya juga tinggal di rumah saya, yang hanya memiliki dua kamar. Sehingga kondisi rumah saya pada waktu sangat penuh dengan orang-orang.
Ketika saya SMP, orangtua saya sering bilang, “Kita harus berbagi atau berzakat.†Contohnya, ketika kita menerima uang seribu, kita jangan mengambil hak kita dulu, tapi berikan hak orang lain lebih dulu. Jadi, uang itu dipotong untuk orang lain dulu, baru sisanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Karena kalau kita memikirkan keperluan kita dulu, pasti nggak akan cukup dan selalu ada excuse untuk tidak berzakat dengan alasan tidak cukup.
Konsep sedekah yang saya dapatkan dari orangtua saya, intinya, dahulukan orang lain, baru penuhi keperluan kita. Jangan pernah bilang tidak cukup untuk bersedekah, bisa-bisa kita tidak diberi rizki oleh Allah SWT.
Mengapa Anda perlu bersedekah?
Kita tidak pernah hidup sendiri. Kita punya keluarga, lingkungan, dan masyarakat, yang semua memiliki peran dalam hidup kita. Semua orang saling membutuhkan dan mendukung. Jadi, ketika kita berhasil melakukan sesuatu, tidak boleh mengatakan itu karena usaha kita sendiri saja. Semua orang saling berkaitan. Makanya, ketika kita punya rezeki, harus ingat bahwa di situ hak orang lain, meski hanya 2,5 % dari harta kita. Kalau bisa lebih, ya tentunya lebih baik lagi.
Apa bentuk reward yang Anda dapatkan dari sedekah, misalnya kepuasan batin? Ya, kebahagiaan, walaupun ujian untuk bersedekah beragam. Kadang ketika saya memberi disikapi lain, atau ketika ada yang meminta, saya bersikap lain. Saya pernah menemukan bagaimana uang 1000, 10.000, atau 50.000 yang bagi kita hanya untuk jajan junk food, ternyata bisa sangat bermanfaat bagi orang lain. Saya bahagia bisa melihat kebahagiaan di wajah mereka yang menerimanya. Itu memotivasi saya untuk terus berikhtiar mencari rizki.
Kebahagiaan seperti apa yg Anda dapatkan dengan bersedekah? Kebahagian bersedekah itu sulit untuk dijelaskan. Saya sangat berbahagia ketika bisa menolong. Tentunya menolong orang sebesar Rp 5.000 berbeda dengan memberi beasiswa kuliah. Makanya, untuk bisa bersedekah dengan baik, kita harus mampu baik secara fisik maupun harta. Karena itu menurut saya, orang Islam harus kaya agar bisa menolong banyak sesama.
Bagaimana dengan seruan sedekah Ustadz Yusuf Mansur? Ajaran Ustadz Yusuf Mansur tentang sedekah sangat luar biasa dan memotivasi masyarakat. Saya sangat mendukung cara berdakwah beliau.
Seruan sedekah Ustadz Yusuf Mansur membutuhkan tingkatan iman yang tinggi. Kadang saya iri melihat murid Ustadz Yusuf yang mengikuti metode sedekah dia dan kemudian berhasil. Contohnya, teman saya Agus Kuncoro. Dia menyedekahkan 50% honornya, lalu dia memiliki anak. (awen)