Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

‘Menemui Nabi’ di Bantar Gebang

25 January 2012
Image

Mbak Sari yang nama lengkapnya Wahyu Katri Ambar Wulan Sari (43) mengutarakan hal tersebut kepada Bang Thoyib dari Mobile Qur’an yang berkunjung ke TPA Al Falah dan Ar Rohmah Bantar Gebang, Jumat sore, 27 Maret 2009. Kedua lembaga yang mengasuh 100-an santri cilik itu dinaungi Yayasan Ummu Amanah yang diketuai Mbak Sari. Bersama Mobile Qur’an PPPA Daqu, Bang Thoyib datang lagi menghibur dan mengedukasi mereka pada 9 Pebruari 2010.

Semula, Bang Thoyib biasa saja mendengar perkataan aktivis yang dipanggil “Bunda Anak Pemulung” itu. Toh, kullu nafsin dzaaiqatul maut. Setiap diri makhluk pasti mati. Sampai kemudian ia menyadari, Bunda Sari seperti sudah “membaca” titian takdirnya.

Suatu malam di Bulan Oktober 2010, kondisi Sari nge-drop; Demam, pucat, batuk seperti tiada akan berhenti. Karyanto Wibowo, sang suami, segera saja melarikannya ke rumah sakit terdekat.

"Kita beli obat di apotik saja ya, Mas? Nggak usah ke rumah sakit. Lebih baik biayanya kita kirimkan untuk karyawan kita yang istrinya mau melahirkan,” ibu dari Pradhipto Bagas Wicaksono dan Azriel Yoga Prakosa ini menawar.

Namun suaminya terus melajukan mobil menuju rumah sakit. "Menolong karyawan itu akan kita lakukan. Tapi sekarang harus kuselamatkan istriku dulu,” katanya tegas.

Sampai di UGD sebuah rumah sakit, kondisi Wulan Sari habis dipelototi dokter; Kurus tubuhnya, hitam kelopak matanya, dan batuk dia yang sambung-menyambung.

"Mbak harus tes laboratorium malam ini juga!" kata dokter itu kemudian. Pasalnya, Sari minimal terindikasi kena TBC. Tak ayal, perempuan yang sebenarnya jeri pada jarum suntik dan malam itu hanya berharap mendapat obat batuk serta antibiotik, harus menghadapi apa yang ditakutkan. Pulangnya ia dibekali segepok obat untuk diminum.

Esok paginya, setelah membereskan tugas domestik, Sari sudah asyik kembali di tengah pemulung Bantar Gebang. Saat itu dia sedang mendata hewan kurban jelang Idul Adha. Aktivitasnya direkam kameraman Jak TV.

Tiba-tiba dokter yang memeriksanya semalam, menelepon. Katanya, Sari harus secepatnya masuk rumah sakit, rawat inap, dan menjalani penyedotan paruparu. Organ dalamnya ini bocor. Masuk angin, membuatnya tidak bisa mengembang sempurna.

"Ya Allah, laa ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadzdzhalimiin, wallhamdulillahi alaa kulli haal." Sambil menahan tangis, panjang lebar Sari berdzikir. Masih lekat dalam ingatannya, tatkala men-talqin bapak mertuanya jelang wafat di pelukannya lantaran kanker paru.

Sepekan menjalani perawatan usai penyedotan paru, Sari bersyukur hasil tes mantuk-nya negatif. Artinya, dia tak tertular TBC.

Namun, hasil rontgen terbarunya justru mengharuskan dia menjalani penyedotan paru lagi dengan selang yang lebih besar dalam keadaan dibius total.

Tidak! Sari berontak. Sudah seminggu dia kehilangan waktu untuk mengabdi pada keluarganya di Perumahan Kemang Pratama Bekasi, juga pada keluarga-keluarga pemulung di sekitar Gunung Sampah Bantar Gebang.

Sari lalu mencari rumah sakit lain yang bersedia memberi kompromi untuk rawat jalan. Kepada dokter yang memeriksanya, dia merengek minta waktu seminggu lagi untuk observasi di rumah saja. “Jika seminggu ini saya tak mampu bertahan, silakan operasi saya," janjinya.

Seminggu full bedrest di rumah, kondisi Sari sering drop; Batuk hebat sampai berdarah, dan sesak nafas yang kian menyiksa. Nafasnya sampai tersengal-sengal hebat, hingga harus dibantu dengan respirator untuk mengalirkan oksigen lewat hidungnya.

Setelah bolak-balik kontrol ke rumah sakit, Sari akhirnya lolos dari vonis operasi.

Dari hasil CT scan, Sarjana Pertanian alumnus Universitas Brawijaya, Malang, ini baru tahu paruparu-nya lemah. Terdapat pelebaran di beberapa saluran sehingga meregang dan dindingnya menipis. Itulah yang membuat paru mudah sobek. Apalagi, kata dokter, Sari terpapar udara kotor dan polusi tinggi selama bertahun-tahun. Sari memang “berkubang” di Bantar Gebang sejak 2007.

"Mulai sekarang, jangan sering-sering ke TPA Bantar Gebang. Jikapun di sana, tak boleh terlalu lama. Harus memakai masker. Tidak boleh mendekati zona yang membahayakan paru Anda. Jika mulai drop, hentikan aktivitas Anda, segera istirahat dan diobati. Jika masih bandel, bisa saja paruparu bocor ini terulang lagi, dan Anda tahu resikonya!?" panjang lebar advis dokter, membuat Sari kelu lidah. Dia coba menawar.

“Kalau mengunjungi keluarga pemulung di bedeng-bedeng mereka, boleh Dok?"

Dokter menatapnya tajam sambil menggeleng. Sari tertunduk menahan tangis.

Dua bulan absen secara fisik dari Bantar Gebang, membuat Sari merasa hidupnya tak lengkap. Maka begitu kondisinya cukup fit, dia berkubang lagi di Bantar Gebang.

Yang membuatnya “nekad” adalah keyakinan bahwa sedekah merupakan gerbang cinta Ilahi. Seperti diwasiatkan Nabi Muhammad SAW, “Yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling gemar bersedekah, dan amalan paling dicintai Allah adalah membahagiakan orang mukmin, meringankan bebannya, membayarkan utangnya, atau menghilangkan laparnya“ (Shahih Al Jami’us Shagrir).

Sedekah juga mencegah marabahaya. “Sungguh,” kata Rasul, “sedekah dapat memadamkan panasnya kubur orang yang bersedekah, dan sungguh orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat dengan payungan sedekahnya“ (HR Thabrani). “Sedekah dapat mencegah 70 macam bencana, yang paling ringan adalah penyakit kusta dan supak“ (HR Thabrani). ”Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah“ (HR Thabrani). “Obatilah orang sakit diantara kalian dengan sedekah“ (HR Baihaqi).

Sudah sering Sari merasakan dampak sedekah yang luar biasa. Misalnya ketika ia harus memenuhi janjinya untuk melunasi utang ke toko material setelah membangun sebuah mushola sederhana di Bantar Gebang. Saat itu, ia sama sekali tak punya uang, baik cash maupun simpanan di bank. “Tiba-tiba ada seorang ibu menitipkan infak yang jumlahnya persis sebesar tagihan material yaitu Rp 2,5 juta,” ungkap Sari dengan takjub.

Sayyidina Ali ra pernah berseru: “Jika kemiskinan berwujud manusia niscaya akan kubunuh dia!” Sebab, seperti disebutkan DR Yusuf Qaradhawy dalam bukunya Musykilatul Fakri Wa kaifa Aalajahal Islam, kemiskinan diancam 5 bahaya. Salah satunya adalah bahaya terhadap aqidah. “Tidak sedikit orang yang keluar dari aqidah Islam lalu memilih agama lain yang bathil karena kemiskinan dirinya,” tulis Al Qaradhawy.

Karena itulah, sejak dini kaum miskin harus ditemani, sebagaimana Sang Nabi mengakrabi kaum dhuafa. “Jika kau ingin menemuiku, carilah aku di tengah-tengah orang miskin,” kata Nabi suatu ketika.

Melalui sedekah Anda, Bunda Sari mengajak Anda semua untuk “menemui” cinta Nabi Muhammad SAW di Kampung Pemulung Bantar Gebang Bekasi. (bowo)

 



Nikmati kemudahan informasi terkait program-program Daarul Qur'an melalui email anda