Desa adalah desa kedua terujung di hulu Sungai Sararekat yang membelah Pulau Siberut Selatan. Desa ini terdiri 3 Dusun: Madobag, Rokdog, dan Ugai.
Madobag bisa ditempuh dalam waktu sekitar 14 jam non-stop dari Kota Padang. Perjalanan dimulai dengan mengarungi Selat Mentawai menumpang kapal kayu dari Muara Padang selama 10 jam menuju Muara Siberut. Dari Darmaga Siberut, dilanjutkan dengan ojek atau angkot yang hanya ada satu-dua buah. Dari Desa Muara Siberut, diteruskan naik perahu kayu mini yang disebut pompong. Selama 3,5 jam, duduk dengan kaki tertekuk menuju Madobag melajui Sungai Sararekat.
Tentu konyol, kalau sapi kurban dibawa dari Padang ke Mentawai. Tapi, jangan dikira mudah mendapatkan sapi di kabupaten kepulauan ini. ‘’Harga sapi di sini Rp 5 juta. Tapi, harus menangkap sendiri di hutan karena sapi di sini hewan piaraan liar. Menangkapnya bisa memakan waktu berhari-hari,’’ tutur ustadz Ramli MR, Koordinator Da’i Pulau Siberut. Ia menambahkan, kalau mau terima bersih di tempat, harga sapi Rp 6 juta – Rp 7 juta.
Kehadiran Ustadz Mahmud bin Ismail (25) membawa berkah bagi warga Desa Madobag. Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah DR Mohammad Natsir, Jakarta, ini bertugas sebagai da’i di Masjid Al Ikhwah Madobag.
Meski serasa hidup mundur beberapa decade lantaran tiada sinyal ponsel di desa ini, Mahmud bertekad membawa jamaah Madobag menuju kehidupan yang lebih beradab. Misalnya, tidak lagi bergaul rapat dengan anjing dan babi. Di antaranya pemotongan jawi melalui Program QUIS (Qurban Istimewa) PPPA Daqu.
Selain memotong jawi di Madobag, PPPA Daqu juga pernah membantu merenovasi Masjid Rodhotul Jannah dan rumah da’i Ustadz Zainal Muttaqin Sakulok di Dusun Rokdog.
Masjid Roudhotul Jannah yang dulu nyaris roboh, kini sudah tegak dengan dinding papan dan cat baru. Jamaah pun kian nyaman karena sudah ada tempat wudhu yang tertutup. Masjid juga dilengkapi generator serta pompa air.
Tak jauh dari masjid, rumah Ustadz Zainal sudah jauh memadai keadaannya. Tidak lagi berdinding bilik setengah reot seperti sebelumnya. Di belakang rumah pun sudah ada kamar mandi sederhana yang tertutup.
‘’Jazzakallah atas bantuan untuk memperbaiki masjid dan rumah kami,’’ tutur Zainal. ‘’Istri saya kalau mandi tidak di alam terbuka lagi,’’ imbuh Zainal penuh haru. (bowo)
Â